Sabtu, 29 Oktober 2011

Pertemuan dan Komunikasi dalam PERCINTAAN ; Korelasi, Esensi, Komplementasi Dan Implementasi

Sejatinya, hubungan cinta merupakan ikatan naluriah, tulus, dan penuh toleransi dan antara dua insan yang saling menyukai, memiliki kesamaan strategis dan perbedaan strategis. Hubungan ini bukanlah paksaan dan dogma atas kepentingan-kepentingan tertentu yang mungkin terselubung pada sang pemilik kepentingan. Ia merupakan ikatan hati dan batin. Bukan lagi fisik, lagi kasap mata.

Berangkat dari “norma-norma” diatas, tentunya harulah diperhatikan bahwa penekanan dari sebuah hubungan cinta ada pada hati dan batin. Keterikatan, komitmen, konsekuensi dan tanggung jawab. Kali ini Mas Bambang akan menjelantrahkan variabel terikat percintaan dan dua variabel bebasnya yaitu pertemuan dan komunikasi. Korelasi, Esensi, komplementasi dan implementasi.

Pertama, haruslah dipahami bahwa tiada cinta kepada manusia kecuali berawal dari sebuah interaksi pertama (baca: pertemuan), yang kemudian menimbulkan kesan awal, dan selanjutnya melahirkan komunikasi antara keduanya. Kesan positif dan komunikasi intens diantara mereka akan mengantarkan mereka kepada salah satu keindahan ciptaan Sang Pencipta. Ialah sebuah mahligai cinta, tempat mereka bersenandung, bertabur bunga dan wewangian khas surga, bersama menjalani fase penuh sensasi, bahkan tempat mereka bercanda.

Ketika pada awalnya pertemuan dan komunikasi menjadi penyebab datangnya ikatan cinta antara kedua insan, maka tentunya peran pertemuan dan komunikasi tidaklah selesai sampai disini. Pertemuan dan komunikasi tetap menjadi “sumber daya” dalam menjalani fase demi fase dalam mahligai cinta. Lebih dari itu, sebuah pertemuan dan komunikasi dapat pula mengusir paksa mereka dari mahligai cinta jika tidak tepat penggunaan, penjadwalan, intensitas, interpetasi dan pemahamannya. Korelasi yang amat kompleks, percintaan dengan pertemuan dan komunikasi.

Kedua, pertemuan dan komunikasi mempunyai peran, fungsi dan kegunaan spesifik  masing-masing dalam hal membangun mahligai cinta yang indah, kokoh lagi nyaman senyaman-nyamannya. Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Didalamnya ada yang disebut proses coding, encoding dan kesimpulan yang kemudian akan mengantarkan kepada feed back, umpan balik, reaksi, dan tanggapan. Dalam hal percintaan, komunikasi yang dilakukan adalah bentuk komunikasi dua arah yang seperti diungkap sebelumnya dan dikatakan dengan redaksi “interaksi”, baik langsung maupun tidak langsung.

Komunikasi dalam percintaan merupakan cara, alat, media penyampaian rasa, baik fisik maupun non fisik mencakup banyak aspek percintaan tersebut. Didalamnya sarat akan unsur emosional dan personal/personalisasi. Inilah yang kemudian memuncukan kata-kata perhatian, pengertian kepada pasangan, kepedulian dan sebagainya dalam percintaan. Berkenaan dengan hal ini, pertemuan adalah pelampiasan atas manifestasi komunikasi dua arah dalam percintaan seperti yang Mas Bambang jelantrahkan. Ialah akibat dalam hubungan sebab akibat, <<pemuasan juga pelampiasan serta pelepas rindu>>, dan sebaginya - dan sebagainya.

Ketiga, pertemuan dan komunikasi dalam satu ruang lingkup variabel percintaan merupakan hal yang seharusnya beriringan dan saling melengkapi satu sama lain. Tiada pertemuan yang indah tanpa didahului oleh komunikasi yang baik sebagai stimulus awal untuk membuat jadi indah pertemuan tersebut. Tiada pula pertemuan menjadi indah tanpa diisi dan dilengkapi dengan komunikasi yang baik, manis, menarik. Begitu pula dalam hal komunikasi. Komunikasi secara intens diluar konteks pertemuan yang tidak berujung pada pertemuan hanya akan melahirkan kelelahan kerinduan dan kepenatan kepenasaranan. Hal yang tidak baik pula dalam hubungan percintaan.

Keempat, melanjutkan penjelantrahan bahwa pertemuan dan komunikasi dalam satu ruang lingkup variabel percintaan merupakan dua hal yang saling melengkapi satu sama lain, hal lain yang perlu diperhatikan adalah intensitas pertemuan dan komunikasi yang tepat dalam percintaan. Pertemuan dan komunikasi haruslah dipadukan dalam formula dan intensitas yang tepat. Berlebihan dan Merajalelanya Kerinduan antara mereka merupakan dampak dari kurangnya pertemuan dan berlebihnya komunikasi. Sebaliknya, kejenuhan dan rasa monoton yang menuju kepada kebosanan merupakan dampak dari berlebihannya pertemuan dan kurangnya komunikasi yang baik. Khusus untuk point keempat ini, akan Mas Bambang telanjangi secara tajam pada tulisan (baca: ketikan) selanjutnya yang berjudul “Teori Mas Bambang Simanjuntak: Korelasi, Formulasi dan Hasil PERPADUAN PERTEMUAN dan KOMUNIKASI DALAM PERCINTAAN”. –Mas Bambang Simanjuntak-